“Menurutmu wajah perempuan itu biasa aja kan? Kenapa suamiku ngga bisa lepasin dia?”
Dialog itu berputar dalam pikiranku. Bercabang menjadi kalimat-kalimat yang memenuhi sel saraf. Sepanjang waktu sejak 3 hari lalu.
Aku masih ‘kecil’ namun beberapa rekan kerja
yang telah menikah tak segan menceritakan peliknya rumah tangga yang dihantui oleh
‘orang ketiga’. Merah padam. Kadang diwarnai tangis. Mereka yang tadinya bukan
siapa-siapa mendadak menjadi orang paling dekat, curhat sepanjang malam melepas
kesedihan.
lihatlah.. masalah percintaan kini
bukan lagi tentang teman makan gebetan. Kakak kelas pujaan jadian sama kembang
sekolah. Bukan pula tentang secret admirer yang ngumpet dari balik jendela
ngeliatin idolanya lewat. Lebih jauh dari itu, masalah percintaan berputar-putar
diantara topik perselingkuhan dan perceraian.
“Kenapa suamiku ngga bisa lepasin dia San? Apa aku kurang cantik?”
lagi-lagi perempuan itu bertanya. Yah..Barangkali
cantik saja tidaklah cukup. Barangkali lebih banyak kebahagiaan dari perempuan
itu yang bisa ditawarkan kepada suaminya.Barangkali suaminya bukan tipe pria
yang mudah bersyukur. Pria yang tidak tahan godaan. Ya.. sejuta barangkali. Yang
jelas.. seseorang butuh kenyamanan untuk tetap tinggal.
Titik kejenuhan dan lelah pasti
ada dalam suatu hubungan. Ketika saat itu tiba pasti ada hal yang harus dijadikan
instrospeksi. Menilai diri sebelum menghakimi yang lain. Jika masih menuntut maka belum menerima, jika
masih merasa paling banyak berkorban berarti belum ikhlas. Jika masih merasa
sakit berarti belum sabar.
Bagaimanapun urusan hati tidak
ada yang bisa meramalkan. Hari
ini cinta setengah mati, besoknya menyapa-pun tidak. Menggantungkan kebahagian
kepada orang lain hanya akan membuat kecewa. Sebaik-baiknya tempat bersandar
adalah Allah SWT. Dia pula yang membolak-balikan hati setiap manusia. Sibuk cerita
dan minta pendapat kesana-kemari mungkin akan melegakan, tapi tidak ada yang
bisa membantu bangkit selain niat dari dalam diri. Meskipun sebuah perpisahan
dilakukan dengan cara amat sangat manis, pasti ada hal yang meletup nyeri di
hati. Yang perlu diingat seperti halnya kebahagiaan, luka-pun tidak ada yang
abadi. Jika berpisah membuat bernapas lebih lapang. Maka cobalah
lepaskan..
*maaf aku lagi kacau jika ngga ada manfaat, tidak perlu repot ikutin sarat anak kecil yang culun, ingusan dan masih labil ini. selamat malam...
0 komentar:
Post a Comment