Pengetahuan dan Kesehatan Reproduksi




A. Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
               Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. (Notoatmojo, 2007: 139)
2. Tingkat Pengetahuan di dalam Domain Kognitif
               Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Menurut Notoatmojo (2007: 140), pengetahuan yang tercangkup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan:
a. Tahu (know)
          Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
b. Memahami (comprehension)
          Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (application)
          Aplikasi diartikan sebagai suatu kemapuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (analysis)
          Analisis adalah suatu kemampuaan untuk menjabarkan suatu materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)
          Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagia-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.
f. Evaluasi (evaluation)
          Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kreteria-kreteria yang telah ada.
          Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

B. Remaja
1. Pengertian Remaja
               Remaja atau ”adolescence” (inggris), berasal dari bahasa latin “adolescere” yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan psikologis. (Yuni, 2009: 10)
Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Menurut Depkes RI adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin. Menurut BKKBN adalah 10 sampai 19 tahun. (Yuni, 2009: 11)
               Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas. (Yuni, 2009: 11)
Pubertas adalah proses dimana seseorang mencapai kematangan seksual dan kemampuan untuk berproduksi. (Papalia, dkk, 2008: 534)                                     Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan system reproduksi, merupakan bagian penting dalam kehidupan remaja sehingga diperlukan perhatian khusus, karena bila timbul dorongan-dorongan seksual yang tidak sehat akan menimbulkan prilaku seksual yang tidak bertanggung jawab. (Yuni, 2009: 11)
2. Karakteristik Masa Remaja
               Karakteristik perkembangan yang normal terjadi pada remaja dalam menjalankan tugas perkembangannya mencapai identitas diri, antara lain; menilai diri secara obyektif dan merencanakan untuk mengaktualisasikan kemampuannya. Dengan demikian, menurut tim penulis poltekes depkes (2010: 66) menyebutkan bahwa pada fase ini, seorang remaja akan:
a.    Menilai rasa identitas pribadi
b.    Meningkatkan minat pada lawan jenis
c.    Menggabungkan perubahan seks sekunder kedalam citra tubuh
d.   Memulai perumusan tujuan okupasional
e.    Memulai pemisahan diri dari otoritas keluarga.
Hurlock (1994) mengemukakan berbagai ciri dari remaja sebagai berikut.
a. Masa remaja adalah masa peralihan.
          Yaitu peralihan dari satu tahap perkembangan ke perkembangan berikutnya secara berkesinambungan. Pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan seorang dewasa. Masa ini merupakan masa yang sangat strategis, karena memberi waktu kepada remaja untuk membentuk gaya hidup dan menentukan pola prilaku, nilai-nilai, dan sifat-sifat yang sesuai dengan yang diinginkannya.
b. Masa remaja adalah masa terjadi perubahan.
          Sejak awal remaja, perubahan fisik terjadi dengan pesat; perubahan prilaku dan sikap juga berkembang. Ada empat perubahan besar yang terjadi pada remaja, yaitu perubahan emosi, peran, minat, pola prilaku (perubahan sikap menjadi ambivalen).
c. Masa remaja adalah masa yang penuh masalah.
          Masalah remaja sering menjadi masalah yang sulit untuk diatasi. Hal ini terjadi karena remaja belum terbiasa menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa meminta bantuan orang lain. Akibatnya, terkadang terjadi penyelesaian yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.
d. Masa remaja adalah masa mencari identitas.
          Identitas diri yang dicari remaja adalah berupa kejelasan siapa dirinya dan apa peran dirinya di masyarakat. Remaja tidak puas dirinya sama dengan kebanyakan orang. Ia ingin memperlihatkan dirinya sebagai individu, sementara pada saat yang sama ia ingin mempertahankan dirinya terhadap kelompok sebaya.
e. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan.
          Ada stigma dari masyarakat bahwa remaja adalah anak yang tidak rapi, tidak dapat dipercaya, cenderung berprilaku merusak, sehingga menyebabkan orang dewasa harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja. Stigma ini akan membuat masa peralihan remaja ke dewasa menjadi sulit, karena orang tua yang memiliki pandangan seperti ini akan selalu mencurigai remaja, sehingga menimbulkan pertentangan dan membuat jarak antara orang tua dengan remaja.
f. Masa remaja sebagai masa yang tidak dewasa.
          Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kaca matanya sendiri, baik dalam melihat dirinya maupun melihat orang lain, mereka belum melihat apa adanya, tetapi menginginkan sebagaimana yang ia harapkan.
g. Masa remaja adalah ambang masa dewasa
          Dengan berlalunya usia belasan, remaja yang semakin matang berkembang dan berusaha memberi kesan sebagai seseorang yang hampir dewasa. Ia akan memusatkan dirinya pada perilaku yang dihubungkan dengan status orang dewasa, misalnya dalam berpakaian dan bertindak.



3. Perkembangan Remaja dan Ciri-cirinya
               Berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya, masa remaja ada tiga tahap (Yuni, 2009: 66), yaitu:
a. Masa remaja awal (10-12 tahun)
1)        Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya
2)        Tampak dan merasa ingin bebas
3)        Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berfikir yang khayal (abstrak)
b. Masa remaja tengah (13-15 tahun)
1)        Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri
2)        Ada ketertarikan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis
3)        Timbul perasaan cinta yang mendalam
4)        Kemampuan berfikir abstrak makin berkembang
5)        Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual
c. Masa remaja akhir (16-19 tahun)
1)        Menampakan pengungkapan kebebasan diri
2)        Dalam mencari teman sebaya lebih selektif
3)        Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya
4)        Dapat mewujudkan perasaan cinta
5)        Memiliki kemampuan berfikir khayal atau abstrak
4. Perkembangan Remaja dan Tugasnya
               Sesuai dengan tumbuh dan berkembangnya suatu individu dari masa anak-anak sampai dewasa, individu memiliki tugas masing-masing pada setiap tahap perkembangannya. Tugas pada setiap tahap perkembangannya adalah bahwa setiap tahap usia individu mempunyai tujuan untuk mencapai suatu kepandaian, keterampilan, pengetahuan, sikap dan fungsi tertentu sesuai dengan kebutuhan pribadi. (Yuni, 2009: 12)
               Tugas perkembangan remaja menurut  Robert Y. Havighurst dalam bukunya Human Development and Educational yang dikutip oleh Panut Panuju dan Ida Umami adalah:
a. Mencapai hubungan sosial yang matang dengan teman sebaya, baik dengan teman sejenis maupun dengan beda jenis kelamin.
          Artinya para remaja memandang gadis-gadis sebagai wanita dan laki-laki sebagai pria, menjadi manusia dewasa diantara orang-orang dewasa. Mereka dapat bekerja sama dengan orang lain dengan tujuan bersama, dapat menahan dan mengendalikan perasaan-perasaan pribadi, dan belajar memimpin orang lain dengan atau tanpa dominasi.
b. Dapat menjalankan peranan-peranan sosial menurut jenis kelamin masing-masing.
          Artinya mempelajari dan menerima peranan masing-masing sesuai dengan ketentuan dan norma masyarakat.
c. Menerima kenyataan (realitas) jasmaniah dan menggunakannya seefektif mungkin dengan perasaan puas.
d.  Mencapai kebebasan emosional dari orang tua atau orang dewasa lainnya, tidak kekanak-kanakan lagi yang selalu terikat pada orang tuanya. Membebaskan diri dari ketergantungan orang tua dan orang lain.
e. Mencapai kebebasan ekonomi
          Merasa sanggup untuk hidup berdasarkan usaha sendiri. ini sangat penting bagi laki-laki. Namun, dewasa ini bagi kaum wanitapun tugas ini berangsur-angsur menjadi tambah penting.
f.  Memilih dan mempersiapkan diri untuk pekerjaan dan jabatan, artinya belajar untuk memilih satu jenis pekerjaan sesuai dengan bakat dan mempersiapkan diri dengan jenis pekerjaan tersebut.
g. Mempersiapkan diri untuk melakukan perkawinan dan hidup berumah tangga.
        Mengembangkan sikap yang positif terhadap kehidupan keluarga dan memiliki anak. Bagi wanita hal ini harus dilengkapi dengan pengetahuan dan keterampilan bagaimana mengurus rumah tangga dan mendidik anak.
h.  Mengembangkan kecakapan intelektual serta konsep-konsep yang diperlukan untuk kepentingan hidup bermasyarakat. Maksudnya adalah bahwa untuk menjadi warga Negara yang baik perlu memiliki pengetahuan tentang hukum, pemerintah, ekonomi, politik, geografi, tentang hakikat manusia dan lembaga-lembaga kemasyarakatan.
i.   Memperlihatkan tingkah laku yang secara sosial dapat dipertanggungjawabkan.
        Artinya adalah ikut serta dalam kegiatan-kegiatan sosial sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab, menghormati serta mentaati nilai-nilai sosial yang berlaku dalam lingkungannya, baik regional maupun nasional.
k. Memperoleh sejumlah norma-norma sebagai pedoman dalam tindakan-tindakannya dan sebagai pandangan hidup.
        Norma-norma tersebut secara sadar dikembangkan dan direalisasikan dalam menetapkan kedudukan manusia dalam hubungannya dengan sang pencipta, alam semesta dan dalam hubungannya dengan manusia-manusia lain; membentuk suatu gambaran dunia dan memelihara harmoni antara nilai-nilai pribadi yang lain.
            Remaja, demikian papar Novita Pratiwi (2005: 1-12) merupakan masa transisi dari kanak-kanak menuju dewasa, namun tidak semua menyadari bahwa pada masa remaja terjadi perubahan yang besar. Tugas-tugas yang harus dipenuhi sehubungan dengan perkembangan seksualitas remaja adalah:
a.    Memiliki pengetahuan yang benar tentang seks dan berbagai peran jenis kelamin yang dapat diterima masyarakat.
b.    Mengembangkan sikap yang benar tentang seks.
c.    Menilai pola-pola perilaku hetero seksual yang dapat diterima masyarakat.
d.   Menetapkan nilai-nilai yang harus diperjuangkan dalam memilih pasangan hidup.
e.    Mempelajari cara-cara mengekspresikan cinta.

C. Kesehatan Reproduksi Remaja
1. Pengertian Kesehatan
               Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari fisik, mental, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif serta sosial dan ekonomi (UU No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan). Sedangkan menurut WHO (2005), kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang lengkap, dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. (Tarwoto, dkk, 2010: 64)
2. Pengertian Reproduksi
   Secara sederhana reproduksi berasal dari kata re yaitu kembali, produksi yaitu membuat atau menghasilkan. Jadi, reproduksi mempunyai arti suatu proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian hidup. (Adjie, 2009: 1)
3. Pengertian Kesehatan Reproduksi
               Menurut Depkes, kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, yang tidak hanya semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya. (Yuni, 2009: 5)
4. Pengertian Kesehatan Reproduksi Remaja
               Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut system, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. (Adjie, 2009: 2)

5. Organ Reproduksi/ Alat Reproduksi
a. Alat Reproduksi Pria
          Menurut Manuaba (2009: 15), secara umum alat reproduksi pria hampir seluruhnya berada diluar dan meliputi bagian-bagian seperti dibawah ini.
1) Penis
     Penis merupakan jaringan erektil yang berfungsi untuk deposit sperma dalam hubungan seksual sehingga dapat ditampung dalam liang senggama. Sebagai alat penting dalam hubungan seks baik untuk kreasi dan prokreasi. Struktur anatominya terdapat bagian yang disebut kapernus yang dapat membesarkan dan memberi ketegangan pada penis.
2) Testis
     Testis disebut juga buah zakar. Testis berada diluar yang dibungkus dengan skrotum yang longgar. Testis merupakan alat yang penting untuk membentuk hormon pria yaitu testosterone dan membentuk spermatozoa yaitu bibit pria dalam jumlah besar. Spermatozoa yang telah dibentuk disimpan pada saluran testis. Spermatozoa tidak tahan panas dan tidak tahan suhu terlalu dingin. Kulit skrotum yang longgar digunakan untuk mengatur suhu sehingga panas disekitar spermatozoa relatif tetap.


3) Epididimis
     Epididimis merupakan saluran dengan panjang sekitar 45-50 cm, tempat bertumbuh dan berkembangnya spermatozoa sehingga siap untuk melakukan pembuahan.
4) Kelenjar Prostat
     Kelenjar prostat merupakan pembentuk cairan yang akan bersama-sama keluar saat ejakulasi dalam hubungan seksual. Kelenjar ini berada dibagian dalam dan berfungsi membentuk cairan pendukung spermatozoa.
5) Vas Deferens
     Vas Deferens merupakan kelanjutan dari saluran epididimis yang dapat diraba dari luar. Kontap (Kontrasepsi Mantap) pria dilakukan dengan memotong dan menutup saluran ini, sehingga tidak mungkin terjadi kehamilan.
b. Alat Reproduksi Wanita
          Menurut Manuaba (2009: 49), secara umum alat reproduksi wanita dibagi atas dua bagian yaitu alat kelamin (genetalia) luar dan alat kelamin bagian dalam.
1) Alat kelamin luar
a) Mons Veneris
                        Disebut juga gunung venus, menonjol ke bagian depan menutup tulang kemaluan.

b) Labia Mayora
                        Labia mayora berasal dari mons veneris, bentuknya lonjong menjurus ke bawah dan bersatu di bagian bawah. Bagian luar labia mayora terdiri dari kulit berambut, kelenjar lemak, dan kelenjar keringat. Bagian dalamnya tidak berambut dan mengandung kelenjar lemak, bagian ini mengandung banyak ujung saraf sehingga sensitif saat hubungan seks.
c) Labia Minora
                        Labia minora merupakan lipatan kecil dibagian dalam labia mayora. Pada bagian depannya mengelilingi klitoris. Kedua labia ini mempunyai pembuluh darah, sehingga dapat menjadi besar saat keinginan seks bertambah. Labia ini analog dengan kulit skrotum pada pria.
d) Klitoris
                        Klitoris merupakan bagian yang erektil, seperti penis pada pria, mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf, sehingga sangat sensitif saat hubungan seks.
e) Vestibulum
                        Bagian kelamin ini dibasahi oleh kedua labia kanan-kiri dan bagian atas oleh klitoris serta bagian belakang pertemuan labia minora. Pada bagian vestibulum terdapat muara vagina (liang senggama), saluran kencing, kelenjar bhartolin, dan kelenjar sken (kelenjar-kelenjar ini akan mengeluarkan cairan saat permainan pendahuluan dalam hubungan seks sehingga memudahkan penetrasi penis).
f) Himen
                        Himen merupakan selaput tipis yang menutupi sebagian lubang vagina luar. Pada umumnya hymen berlubang sehingga menjadi saluran aliran darah menstruasi atau cairan yang dikeluarkan oleh kelenjar rahim dan kelenjar endometrium (lapisan dalam rahim). Pada saat hubungan seks pertama hymen akan robek dan mengeluarkan darah. Setelah melahirkan hymen merupakan tonjolan kecil yang disebut kurunkule mirtiformis.
2) Alat Kelamin Dalam
a) Vagina
                        Vagina merupakan saluran muskulomembranasea (otot selaput) yang menghubungkan rahim dengan dunia luar, bagian ototnya berasal dari otot levator ani dan otot sfingter ani (otot dubur) sehingga dapat dikendalikan dan dilatih. Selaput vagina tidak mempunyai lipatan sirkuler (berkerut) yang disebut “rugae”. Dinding depan vagina berukuran 9 cm dan dinding belakangnya 11 cm. Selaput vagina tidak mempunyai kelenjar sehingga cairan yang selalu membasahi berasal dari kelenjar rahim atau lapisan dalam rahim. Sebagian dari rahim yang menonjol pada vagina disebut “portio” (leher rahim). Vagina mempunyai fungsi penting sebagai jalan lahir bagian lunak, sebagai sarana hubungan seksual, saluran untuk menyalurkan lendir dan darah menstruasi. Lendir vagina banyak mengandung glikogen yang dapat dipecah oleh bacteria sehingga keasaman cairan vagina sekitar 4,5 (bersifat asam).
b) Rahim (uterus)
                        Bentuk rahim seperti buah pir, dengan berat sekitar 30 gram, terletak dipanggul kecil di antara rectum dan di depannya terletak kandung kemih. Bagian bawahnya disangga oleh ligament yang kuat, sehingga bebas untuk tumbuh dan berkembang saat kehamilan. Ruangan rahim berbentuk segitiga dengan bagian besarnya diatas. Dari bagian atas rahim (fundus) terdapat ligament menuju lipatan paha (kanalis inguinalis) sehingga kedudukan rahim menjadi kearah depan. Lapisan otot rahim terdiri dari tiga lapis, yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh kembang sehingga dapat memelihara dan mempertahankan kehamilan selama sembilan bulan. Rahim juga merupakan jalan lahir yang penting dan mempunyai kemampuan untuk mendorong janin lahir. Segera setelah persalinan otot rahim dapat menutup pembuluh darah untuk menghindari perdarahan. Setelah persalinan, dalam waktu 42 hari rahim dapat mengecil seperti semula.
c) Tuba Fallopii
                        Tuba fallopii berasal dari ujung ligamentum latum, berjalan kearah lateral dengan panjang sekitar 42 cm. Tuba fallopii bukan merupakan saluran lurus, tetapi mempunyai bagian lebar sehingga membedakannya menjadi empat bagian. Di ujungnya terbuka dan mempunyai fimbriae (rumbai-rumbai) sehingga dapat menangkap ovum (telur) saat terjadi pelepasan telur (ovulasi). Saluran telur ini merupakan saluran hasil konsepsi (hasil pembuahan) menuju rahim. Tuba fallopii merupakan bagian yang paling sensitive terhadap infeksi dan menjadi penyebab utama terjadinya kemandulan (infertilitas). Fungsi tuba fallopii sangat vital dalam proses kehamilan, yaitu menjadi saluran spermatozoa dan ovum, mempunyai fungsi penangkap ovum, tempat terjadinya pembuahan, menjadi tempat dan saluran pertumbuhan dan pembuahan sebelum dapat menanamkan diri pada dinding rahim (nidasi).
d) Indung Telur (Ovarium)
                        Indung telur terletak antara rahim dan dinding panggul, digantung rahim oleh ligamentum ovarii proprium dan kedinding panggul oleh ligamentum infundibulo-pelvikum. Indung telur merupakan sumber hormonal wanita yang paling utama dalam mengatur proses menstruasi. Indung telur mengeluarkan telur (ovum) setiap bulan silih berganti kanan dan kiri. Pada saat telur (ovum) dikeluarkan wanita disebut “dalam masa subur”. Pada masa menopause semua telur menghilang.


e) Parametrium (Penyangga Rahim)
                        Parametrium merupakan lipatan peritoneum dengan berbagai penebalan yang menghubungkan rahim dengan tulang panggul. Lipatan atasnya terdiri dari tuba fallopii dan penyangga indung telur. Bagian ini sensitif terhadap infeksi sehingga dapat menggangu fungsinya.
6. Masalah Kesehatan Reproduksi
a. Penyakit Menular Seksual (PMS)
          Penyakit menular seksual (PMS) merupakan salah satu infeksi saluran reproduksi (ISR) yang ditularkan melalui hubungan kelamin. Kuman penyebab infeksi tersebut berupa jamur, virus dan parasit. (Yuni, 2009: 38)
Infeksi saluran reproduksi dapat terjadi akibat dari:
1)        Sisa kotoran yang tertinggal karena pembasuhan buang air kecil yang kurang sempurna.
2)        Kesehatan umum rendah.
3)        Kurangnya kebersihan alat kelamin, terutama saat haid.
4)        Perkawinan pada usia terlalu muda dan berganti-ganti pasangan.
5)        Hubungan seksual dengan penderita infeksi.
6)        Perlukaan pada saat keguguran, melahirkan atau perkosaan.
7)        Kegagalan pelayanan kesehatan dalam sterilisasi alat dan bahan dalam melakukan pemeriksaan/ tindakan disekitar saluran reproduksi.
Beberapa hal penting yang perlu diketahui tentang PMS:
1)        PMS dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan.
2)        Penularan PMS dapat terjadi walaupun hanya sekali melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan kondom dengan penderita PMS.
3)        Tidak ada seorangpun yang kebal terhadap PMS.
4)        Perempuan lebih mudah tertular PMS dari pasangannya dibanding sebaliknya, karena bentuk alat kelaminnya dan luas permukaannya yang terpapar air mani pasangannya.
5)        Infeksi atau borok pada alat reproduksi perempuan sering tersembunyi dan tidak mudah terlihat oleh petugas kesehatan.
6)        ISR meningkatkan risiko penularan PMS/HIV/AIDS pada perempuan sepuluh kali lebih besar.
7)        Beberapa PMS mungkin tidak menimbulkan gejala yang berarti pada perempuan, tetapi tetap dapat menularkan penyakit tersebut pada pasangannya.
8)        Tanda-tanda dan gejala PMS pada laki-laki biasanya tampak jelas sebagai luka atau duh tubuh, sehingga pengobatan dapat dilakukan lebih awal.
9)        PMS sering tidak diobati dengan benar sehingga mengakibatkan penularan dan penderitaan yang berkepanjangan. Kebanyakan PMS dapat diobati bila pengobatannya tepat dan pada saat yang tepat pula.
10)    Komplikasi PMS seperti kemandulan dapat dicegah bila PMS segera diobati.
11)    Belum ada vaksin atau imunisasi untuk PMS.
12)    PMS meningkatkan kemungkinan tertular HIV/AIDS sebanyak 4 kali.
Cara penularan PMS termasuk HIV/AIDS, dapat melalui :
1)        Hubungan seksual yang tidak terlindung, baik melalui vagina, anus maupun oral. Cara ini merupakan cara paling utama (lebih dari 90%).
2)        Penularan dari ibu kejanin selama kehamilan (HIV/AIDS, Herpes, Sifillis), pada persalinan ( HIV/AIDS, Gonorhoe, Klamidia), sesudah bayi lahir (HIV/AIDS).
3)        Melalui transfusi darah, suntikan atau kontak langsung dengan cairan darah atau produk darah (HIV/AIDS).
PMS dapat dicegah dengan cara :
1)        Melakukan hubungan seksual hanya dengan pasangan yang setia.
2)        Menggunakan kondom ketika melakukan hubungan seksual.
3)        Bila terinfeksi PMS mencari pengobatan bersama pasangan seksual.
4)        Menghindari hubungan seksual bila ada gejala PMS, misalnya borok pada alat kelamin, atau keluarnya duh (cairan nanah) dari tubuh.


Perilaku yang berisiko tinggi terhadap penularan PMS, termasuk HIV/AIDS :
1)        Sering berganti-ganti pasangan seksual atau mempunyai satu atau lebih pasangan seksual baik yang dikenal atau yang tidak dikenal.
2)        Pasangan seksual mempunyai pasangan ganda. Penularan dari ibu ke janin/bayinya sering bersumber dari pasangan/suami seperti ini.
3)        Terus melakukan hubungan seksual, walaupun mempunyai keluhan PMS dan tidak memberitahukan kepada pasangannya tentang hal tersebut.
4)        Tidak memakai kondom saat melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang beresiko.
5)        Pemakaian jarum suntik secara bersama-sama secara bergantian, misalnya pada penderita ketergantungan narkotika atau kelalaian petugas kesehatan dalam menjaga sterilitas alat suntik.
                   Berikut ini adalah macam-macam penyakit menular seksual, (Yuni, 2009: 41-45):
1) HIV/ AIDS
     HIV adalah virus yang menyerang system kekebalan tubuh manusia. Virus HIV yang masuk kedalam tubuh akan berkembang biak. Virus HIV akan masuk dalam sel darah putih dan merusaknya, sehingga sel darah putih yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap infeksi akan menurun jumlahnya. Akibatnya system kekebalan tubuh menjadi lemah dan penderita mudah terkena berbagai penyakit. Kondisi ini disebut AIDS.
     AIDS adalah kumpulan gejala penyakit yang timbul karena rendahnya daya tahan tubuh. Pada awalnya penderita HIV positif sering tidak menampakkan gejala sampai bertahun-tahun (5-10 tahun). Banyak faktor yang mempengaruhi panjang pendeknya masa tanpa gejala ini, namun pada masa ini penderita dapat menularkan penyakitnya pada orang lain. Sekitar 89% penderita HIV akan berkembang menjadi penderita AIDS. Semakin lama menderita akan semakin lemah dan akhirnya akan berakhir dengan kematian, karena saat ini belum ditemukan obat untuk mencegah atau menyembuhkan HIV/AIDS.
     Yang Penting Diketahui Tentang AIDS :
a).      Sekali virus HIV masuk ke dalam tubuh, virus tersebut akan menetap dalam tubuh untuk selamanya
b).      Virus HIV hidup dalam darah, air mani, cairan di dalam jalan lahir, air liur, air mata dan cairan tubuh laninnya
c).      Sebagian besar infeksi HIV ditularkan melalui hubungan sexual, selain melalui jarum suntik dan transfusi darah serta penularan dari ibu mengidap HIV kepada janin yang dikandungnya
d).     HIV tidak hanya menular dalam kaum homosexual
e).      Perempuan 5 kali lebih mudah tertular HIV/AIDS daripada laki-laki, karena bentuk kelamin perempuan yang lebih luas permukaannya sehingga mudah terpapar oleh cairan mani yang tinggal lebih lama dalam tubuh
f).       Perlukaan pada saluran kelamin memudahkan masuknya virus HIV
g).      Hubungan seks melalui anus lebih beresiko penularan HIV/AIDS daripada cara hubungan lainnya, karena jaringan anus lebih lembut sehingga mudah terluka
h).      Kekerasan seksual atau hubungan seksual dengan gadis remaja, lebih memudahkan terjadinya penularan.
     Pencegahan penularan HIV / AIDS pada dasarnya sama dengan pencegahan PMS, yaitu :
a).      Melakukan hubungan seksual hanya dengan satu pasangan yang setia atau menghindari hubungan seksual dengan pasangan yang berganti-ganti
b).      Mempunyai perilaku seksual yang bertanggung jawab dan setia pada pasangan
c).      Setiap darah transfuse dicek terhadap HIV dan donor darah kepada sanak saudara lebih sehat dan aman dibanding donor darah professional
d).     Menghindari injeksi, periksa dalam, prosedur pembedaan yang tidak steril dari petugas kesehatan yang tidak bertanggung jawab.
e).      Menggunakan kondom dengan hati-hati, benar dan konsisten.

2) Klamidia
     Penyebabnya adalah Chlamidia Trachomatis. Gejala: Keputihan encer berwarna putih kekuningan, Nyeri dirongga panggul, Perdarahan setelah melakukan hubungan seksual. Komplikasi: Penyakit radang panggul, Kemandulan, Kehamilan diluar kandungan, Infeksi mata berat, Radang paru-paru pada bayi baru lahir, Memudahkan penularan HIV.
3) Condiloma Acuminatum
     Adalah salah satu penyakit menular seksual yang disebabkan oleh HPV, PMS ini dapat mengenai vulva, vagina, serviks, perineum dan perianal.
Tanda dan gejala :
a).      Timbul leukore, gatal, ada benjolan dikemaluan seperti jengger ayam.
b).      Bila sudah menjadi condilomata acuminate , akan  mengelompok seperti gambaran “bunga kol”.
c).      Dapat mengenai vulva, vagina, serviks, perineum dan perianal.
Komplikasi : Ca cerviks
4) Herpes Genitalis
     Penyebabnya berupa virus Herpes Simplex dengan masa inkubasi antara 4-7 hari setelah virus berada dalam tubuh.
     Pada perempuan seringkali menjadi kanker mulut rahim setelah beberapa tahun kemudian, infeksi ini belum ada obatnya yang benar-benar mujarab. Dengan pengobatan anti virus dapat mengurangi rasa sakit dan lamanya episode infeksi.
Gejala dan tanda infeksi tahap awal:
a).      Bintil-bintil berair dan nyeri pada kemaluan.
b).      Luka akibat pecahnya bintil-bintil.
c).      dapat timbul kembali karena stress, haid, makan/minum alcohol, hubungan seks berlebihan.
Komplikasi: nyeri syaraf, dapat menular pada bayi baru lahir berupa bintil bintil berair, abortus dan kematian janin, memudahkan penularan HIV.
5) Chancroid
     Disebabkan oleh bakteri haemophillus ducreyi yang menular karena hubungan seksual.
     Gejala dan tanda : terdapat luka dan nyeri vagina tanpa radang jelas, benjolan mudah pecah dilipatan paha disertai sakit.
     Komplikasi : luka dan infeksi hingga mematikan jaringan sekitar, memudahkan penularan HIV.
6) Sifillis ( Raja Singa)
     Penyebabnya kuman Troponema Pallidum dengan masa inkubasi  tanpa gejala antara 3-4 minggu bahkan terkadang sampai 3 bulan sesudah kuman masuk dalam tubuh.
Gejala:
a).      Primer: luka pada kemaluan tanpa nyeri
b).      Sekunder: bintil, bercak merah pada tubuh
c).      Laten: Tanda dan gejala klinis tak ada, hanya positif (reaktif) pada pemeriksaan serum dan kadang juga pada cairan spinal.
d).     Tersier: Kelainan neurologik dan vaskular.
Kompikasi :
a).      Jika tidak diobati dapat menimbulkan kerusakan berat pada otak dan jantung.
b).      Bayi dalam kandungan dapat tertular,keguguran atau lahir cacat.
c).      Memudahkan penularan HIV.
7) Gonorhoe (GO)
     Penyebab penyakit ini adalah Nisseria Gonorrea, dengan masa inkubasi 2 -10 hari.
     Gejala pada wanita : Keputihan kental berwarna kuning,  rasa nyeri dirongga panggul, dapat juga tanpa gejala. Sedangkan gejala pada laki-laki : rasa nyeri saat kencing,  keluarnya nanah kental kuning kehijauan,  ujung penis agak merah dan agak kental.
     Komplikasi yang dapat timbul: radang panggul, kemandulan, Infeksi mata pada bayi yang baru dilahirkan dan dapat mengakibatkan kebutaan, rentan terhadap penyakit HIV.
b. Kehamilan Tidak Diinginkan
          Kehamilan tidak diinginkan merupakan suatu kondisi dimana pasangan tidak menghendaki adanya proses kelahiran dari suatu kehamilan. Kehamilan ini bisa merupakan akibat dari suatu perilaku seksual/hubungan seksual baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. (Yuni, 2009: 50)
          Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kehamilan tidak diinginkan, antara lain:
1)        Penundaan dan peningkatan usia perkawinan serta semakin dininya usia menstruasi pertama.
2)        Ketidaktahuan atau minimnya pengetahuan tentang perilaku seksual yang dapat menyebabkan kehamilan.
3)        Kehamilan yang diakibatkan perkosaan.
4)        Persoalan ekonomi (biaya untuk melahirkan dan membesarkan anak).
5)        Alasan masih sekolah atau karir.
6)        Kehamilan karena incent.
          Kehamilan tidak diinginkan dapat dicegah dangan beberapa langkah, yaitu:
1)        Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah.
2)        Memanfaatkan waktu luang dengan melakukan kegiatan positif seperti berolahraga, seni dan keagamaan.
3)        Hindari perbuatan-perbuatan yang akan menimbulkan dorongan seksual, seperti meraba-raba tubuh pasangan dan menonton video porno.
Bermula dari hubungan seks pranikah atau seks bebas adalah terjadi kehamilan yang tidak diharapkan (KTD). Ada 2 hal yang bisa dilakukan oleh remaja, yaitu:
1) Mempertahankan kehamilan
a). Risiko fisik
                        Kehamilan pada usia dini bisa menimbulkan kesulitan dalam persalinan seperti perdarahan bahkan bisa sampai kematian.
b). Risiko psikis atau psikologis
                        Ada kemungkinan pihak perempuan menjadi ibu tunggal karena pasangan tidak mau menikahinya atau mempertanggungjawabkan perbuatannya. Kalau mau menikah, hal ini bisa juga mengakibatkan perkawinan bermasalah dan penuh konflik karena sama-sama belum dewasa dan belum siap memikul tanggung jawab sebagai orang tua. Selain itu, pasangan muda terutama pihak perempuan akan dibebani oleh berbagai perasaan tidak nyaman, seperti dihantui rasa malu terus menerus, rendah diri, bermasalah atau berdosa, depresi atau tertekan, pesimis dan lain-lain. Bila tidak ditangani dengan baik, maka perasaan-perasaan tersebut dapat menjadi gangguan kejiwaan yang lebih parah.
c). Risiko sosial
                        Salah satu risiko sosial adalah berhenti sekolah atau kemauan sendiri dikarenakan rasa malu atau cuti melahirkan. Kemungkinan lain dikeluarkan dari sekolah. Hingga saat ini masih banyak sekolah yang tidak mentolerir siswi yang hamil. Risiko sosial lain adalah menjadi objek pembicaraan, kehilangan masa remaja yang seharusnya di nikmati dan dianggap buruk karena melahirkan anak di luar nikah. Di Indonesia, melahirkan anak di luar nikah masih sering menjadi beban orang tua.
d). Risiko ekonomi
                        Merawat kehamilan, melahirkan dan membesarkan bayi/anak yang membutuhkan biaya besar.

2) Mengakhiri Kehamilan (Aborsi)
     Banyak remaja memilih untuk mengakhiri kehamilan (aborsi) bila hamil. Jika dinegara maju yang melegalkan aborsi, bisa dilakukan dengan aman oleh bidan atau dokter berpengalaman. Dinegara kita lebih sering dilakukan dengan cara yang tidak aman bahkan tidak lazim dan oleh dukun aborsi bisa mengakibatkan dampak negatif sacara fisik, psikis dan sosial terutama bila dilakukan secara tidak aman.
a). Risiko fisik
                        Perdarahan dan komplikasi merupakan salah satu risiko aborsi. Aborsi yang berulang selain bisa mengakibatkan komplikasi juga bisa menyebabkan kemandulan. Aborsi yang dilakukan secara tidak aman bisa berakibat fatal yaitu kematian.

b). Risiko psikis
                        Pelaku aborsi seringkali mengalami perasaan-perasaan takut, panik, tertekan atau stress, terutama mengingat proses aborsi dan kesakitan. Kecemasan karena rasa bersalah atau dosa akibat aborsi dapat berlangsung lama. Selain itu, pelaku aborsi sering kehilangan kepercayaan diri.
c). Risiko sosial
                        Ketergantungan pada pasangan seringkali menjadi lebih besar karena perempuan merasa tidak perawan, karena mengalami KTD atau aborsi. Selanjutnya remaja perempuan lebih sulit menolak ajakan seksual pasangannya. Resiko lain adalah pendidikan menjadi terputus atau masa depan terganggu.
d). Risiko ekonomi
                        Biaya aborsi cukup tinggi. Bila terjadi komplikasi maka biaya akan semakin tinggi.Saat menemukan kasus kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja, sebagai petugas kesehatan harus:
1).      Bersikap bersahabat dengan remaja
2).      Memberikan konseling pada remaja dan keluarganya
3).      Apabila ada masalah yang serius agar diberikan jalan keluar yang terbaik dan apabila belum bisa terselesaikan supaya dikonsultasikan kepada dokter ahli
4).      Memberikan alternatif penyelesaian masalah apabila terjadi kehamilan pada remaja, yaitu:
Ø  Diselesaikan secara kekeluargaan
Ø  Segera menikah
Ø  Konseling kehamilan, persalinan dan keluarga berencana
Ø  Pemeriksaan kehamilan sesuai standar
Ø  Bila ada gangguan kejiwaan, rujuk ke psikiater
Ø  Bila ada risiko tinggi kehamilan, rujuk ke SpOG
Ø  Bila tidak terselesaikan dengan menikah, anjurkan kepada keluarga supaya menerima dengan baik
Ø  Bila ingin melakukan aborsi, berikan konseling risiko aborsi
c. Aborsi
          Aborsi adalah upaya terminasi kehamilan dengan alasan sosial, ekonomi dan kesehatan. Ada 2 isu pokok aborsi di Indonesia, yaitu masalah aspek legal atau bersifat illegal dan pelaksana aborsi yang tidak professional atau dilakukan oleh tenaga professional.
  Dampak aborsi illegal ada beberapa hal, yaitu:
1)        Pengawasan dan pemantauan pada praktek aborsi illegal tidak dapat diawasi; mempengaruhi standarisasi mutu.
2)        Obyek pemerasan; mempengaruhi biaya.
3)        Berhubungan dengan obyek pemerasan sehingga meningkatkan biaya.
          Penggunaan tenaga professional ini juga tidak mungkin bisa dipantau dan melakukannya tidak sesuai dengan kaidah-kaidah pengobatan yang modern.
          Ada beberapa langkah yang dilaksanakan pemerintah dalam menanggapi persoalan ini, yaitu:
1)        Merujuk pada paradigma sehat, yaitu mencegah lebih baik dari pada mengobati, meningkatkan upaya pencegahan dengan melakukan pendidikan seks, pendidikan moral dan agama, dan penggunaan alat kontrasepsi secara selektif oleh pasangan suami istri.
2)        Mengusahakan dan meningkatkan pelayanan aborsi yang aman (safe abortion) bukan legalisasi aborsi. Departemen kesehatan sebenarnya mempunyai program ini walaupun tidak dilegalisasi. Ijin ini tidak dikeluarkan karena dikhawatirkan akan menjadi pembenaran sehingga dilakukan tindakan yang berlebihan. Ijin depkes jangan dijadikan kedok karena memang ijin tersebut tidak dapat melindungi diri dari tangkapan polisi.
3)        Memperbaiki UU no. 23/tahun 1992; dengan tujuan utama adalah menghilangkan kerancuan (pada penjelasan tindakan medis tertentu untuk keselamatan janin), dan memperluas indikasi medis menjadi indikasi kesehatan.
4)        Mengembangkan pelayanan pasca aborsi di rumah sakit dan puskesmas.

7. Perilaku Seksual Remaja
a. Pengertian Perilaku Manusia
          Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan/atau genetika. Dalam kedokteran perilaku seseorang dan keluarga dipelajari untuk mengidentifikasi faktor penyebab, pencetus atau yang memperberat timbulnya masalah kesehatan. (http://wikipedia/perilaku manusia/2010)
b. Pengertian Seksual
          Seksual secara umum dapat diartikan sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara hubungan intim antara laki-laki dan perempuan. (Tarwoto, dkk, 2010: 86)
c. Perilaku Seksual
          Menurut Tarwoto, dkk (2010: 86-87), perilaku Seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik, tingkah laku berkencan hingga bercumbu dan bersenggama. Objek seksual dapat berupa orang (baik sejenis maupun lawan jenis), orang dalam khayalan, atau diri sendiri. Sebagian tingkah laku ini memang tidak memiliki dampak, terutama bila tidak menimbulkan berakibat fisik bagi orang yang bersangkutan atau lingkungan sosial. Tetapi sebagian perilaku seksual (yang dilakukan sebelum waktunya) justru dapat menimbulkan dampak psikologis yang sangat serius, seperti rasa bersalah, depresi, dan marah.
          Perilaku seksual pada remaja yang belum saatnya untuk melakukan hubungan seksual secara wajar antara lain:
1) Masturbasi atau onani
     Yaitu suatu kebiasaan buruk berupa manipulasi terhadap alat genital dalam rangka menyalurkan hasrat seksual untuk pemenuhan kenikmatan yang sering kali menimbulkan goncangan pribadi dan emosi. Untuk menanggulangi perilaku ini, perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a).      Memberikan penjelasan yang tepat
b).      Anjurkan remaja untuk melakuakn aktivitasnya secara positif agar tidak terlalu banyak untuk berfantasi
c).      Bila beban psikologis sangat mengganggu, dapat diberikan obat sesuai dengan gejala yang mendasarinya
2) Berpacaran dengan berbagai perilaku seksual yang ringan, seperti sentuhan, pegangan tangan sampai pada ciuman dan sentuh-sentuhan yang pada dasarnya adalah keinginan untuk menikmati dan memuaskan dorongan seksual.
     Berbagai perilaku yang mengarah pada pemuasan dorongan seksual pada dasarnya menunjukan tidak berhasilnya seseorang dalam mengendalikan atau mengalihkan dorongan tersebut ke kegiatan lain yang dapat dikerjakan.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi permasalahan seksual remja
          Menurut Sarlito W. Sarwono (1994), faktor-faktor yang dianggap berperan dalam munculnya permasalahan seksual remaja adalah sebagai berikut:
1)   Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual remaja. Peningkatan hormon ini menyebabkan remaja membutuhkan penyaluran dalam bentuk perilaku tertentu.
2)   Penyaluran tersebut tidak dapat segera dilakukan karena adanya usia perkawinan, adanya undang-undang perkawinan, maupun karena norma sosial yang semakin lama semakin menuntut persyaratan yang terus meningkat untuk perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan mental, dan lain-lain).
3)   Norma-norma agama yang berlaku, dimana seseorang dilarang untuk melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Remaja yang tidak dapat menahan diri memiliki kecenderungan untuk melakukan hal tersebut.
4)   Kecenderungan pelanggaran makin meningkat karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan memalui media massa dengan teknologi yang canggih (contoh: VCD, buku pornografi, foto, majalah, internet, dan lain-lain) menjadi tidak terbendung lagi. Remaja yang sedang ingin tahu dan ingin mencoba akan meniru apa yang dilihat atau didengar dari media massa karena pada umumnya mereka belum pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orangtuanya.
5)   Orang tua, baik karena ketidaktahuan maupun karena sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak, menjadikan mereka tidak terbuka pada anak, bahkan cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah ini.
6)   Adanya kecenderungan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat, sebagai akibat dari berkembangnya peran dan pendidikan wanita, sehingga kedudukan wanita semakin sejajar dengan pria.
          Salah satu cara mengatasi permasalahan seksual pada remaja adalah melalui pendidikan seksual. Pendidikan seksual merupakan cara pengajaran atau pendidikan yang dapat menolong remaja untuk menghadapi masalah hidup yang bersumber pada dorongan seksual. Dengan demikian, pendidikan seksual bermaksud untuk menerangkan segala hal yang berhubungan dengan seks dan seksualitas dalam bentuk yang wajar.

8. Upaya yang Berhubungan dengan Kesehatan reproduksi
a. Memelihara Kesehatan Reproduksi
1) Penggunaan pakaian dalam
     Pakaian dalam yang digunakan sebaiknya yang terbuat dari bahan yang dapat menyerap keringat, misalnya katun atau kaus. Kain yang tidak menyerap keringat akan menimbulkan rasa panas dan lembap. Kondisi ini akan menimbulkan ketidaknyamanan bagi pemakai dan sangat kondusif bagi pertumbuhan jamur. Pakaian dalam yang dikenakan juga harus dalam keadaan bersih dan ukuran yang tepat. Pakaian yang terlalu sempit atau penggunaan karet yang berlebihan akan mengganggu kerja kulit dan menimbulkan rasa gatal.
2) Penggunaan handuk
     Masyarakat Indonesia masih menggunakan handuk sebagai perlengkapan mandi yang dipakai secara berulang, bahkan ada yang menggunakan satu handuk secara bersamaan dalam satu keluarga. Penggunaan handuk secara berulang diperbolehkan, tetapi yang perlu diperhatikan adalah handuk harus dijemur setiap kali selesai dipakai. Handuk dijemur agar terkena sinar matahari, sehingga jasad renik yang ada pada handuk mati dan tidak menimbulkan infeksi. Sebaiknya handuk tidak digunakan lebih dari satu minggu atau bila sudah tidak nyaman digunakan. Namun, walaupun dalam satu keluarga penggunaan handuk secara bersamaan dihindari. Handuk yang digunakan secara bersamaan bisa menjadi media penularan penyakit kulit dan kelamin, misalnya scabies dan pedikulosis pubis. Skabies disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabies var. Hominis. Gejala scabies yang utama adalah pruritis pada malam hari karena aktivitas tungau meningkat pada suhu kulit yang lembab dan hangat. Pedikulosis pubis disebabkan oleh kutu pthirus pubis. Bila kutu ini menggigit, maka tidak terlihat jelas bekas gigitannya. Namun setelah 30 hari akan timbul pruritis, eritema dan infeksi sekunder.
3) Memotong bulu pubis
     Alat kelamin pria dan perempuan ditumbuhi bulu. Guna memelihara kebersihan dan kerapian, bulu-bulu pubis sebaiknya dicukur. Dengan mencukur bulu pubis, kebersihan bulu pubis akan selalu terjaga sehingga tidak menjadi media kehidupan kutu dan jasad renik serta aroma yang tidak sedap. Bulu pubis yang terlalu panjang dan lebat (khususnya bagi remaja putri) akan selalu terpapar oleh urine saat buang air kecil.
4) Kebersihan alat kelamin luar
     Bagi remaja putri, membiasakan diri untuk membersihkan vulva setiap setelah buang air kecil atau buang air besar dan mengeringkan sampai benar-benar kering sebelum mengenakan pakaian dalam adalah perilaku yang benar. Teknik membersihkan vulva adalah dari arah depan kebelakang. Jika perlu, gunakan air bersih yang hangat.     Bersihkan vulva dengan tidak menggunakan cairan antiseptic secara berlebihan, karena akan merusak flora normal, yaitu bakteri Doderlein. Kuman ini memecah glikogen pada lendir vagina sehingga menjadi asam (pH ± 4,5) yang bersifat bakterisida (membunuh kuman).      Penggunaan antiseptic yang berlebihan akan membunuh flora normal ini dan memberi kesempatan berkembangbiaknya kuman patogenik sehingga tubuh rentan terhadap infeksi.
     Bagi remaja putra, glans penis juga harus dibersihkan dari sisa urine setiap setelah buang air kecil. Khusus bagi remaja putra yang tidak dilakukan sirkumsisi pada preputiumnya, pada saat membersihkan preputium harus diretraksi sehingga seluruh permukaan glans penis dapat dibersihkan. Hal ini dilakukan karena cairan urine yang mengandung urea dapat merusak selaput lendir glans penis atau menimbulkan ulserasi pada meatus uretrae.
5) Penggunaan pembalut wanita
     Pada saat haid, remaja putri harus memakai pembalut wanita yang bersih. Pilih pembalut yang tidak berwarna dan tidak mengandung parfum. Hal ini dilakukan untuk mengurangi paparan zat kimia pada vulva. Setelah buang air kecil atau buang air besar, ganti dengan pembalut yang bersih (baru).
6) Meningkatkan imunitas
     Human Papiloma Virus (HPV) adalah jasad renik yang bersifat onkogenik (menyebabkan kanker). Wanita yang terinfeksi HPV umumnya akan menderita kanker serviks dalam waktu 10-20 tahun, tetapi pada beberapa kasus ada yang prosesnya sangat cepat yaitu hanya dalam waktu 1-2 tahun. Semua perempuan beresiko terkena kanker serviks dan resiko meningkat apabila telah melakukan kegiatan seksual aktif pada usia (< 20 tahun), berganti-ganti pasangan.
     Meningkatkan imunitas terhadap HPV melalui vaksinasi merupakan salah satu upaya mencegah kanker serviks, yang sangat efektif bila dilakukan oleh remaja putri sejak usia 10 tahun.

b. Persiapan Reproduksi yang Sehat
          Suatu kodrat dari Yang Maha kuasa bahwa ada peran yang berbeda antara pria dan wanita dalam proses reproduksi, sehingga berbeda pula di dalam persiapan antara keduanya. Adapun yang berhubungan dengan persiapan bereproduksi yang sehat adalah sebagai berikut.
1) Remaja pria
     Pada remaja pria, dilakukan sirkumsisi. Sirkumsisi adalah memotong atau membuang seluruh preputium pada alat reproduksi pria. Sebaiknya setiap remaja putra melakukan sirkumsisi karena jika tidak dilakukan sirkumsisi maka kebersihan penis tidak terpelihara sehingga dapat terjadi peradangan glans penis dan preputium. Hal ini terjadi karena smegma mengumpul pada bagian bawah preputium yang menimbulkan bercak kemerahan dan deskuamasi terutama yang berhubungan dengan korona, serta menimbulkan rasa gatal. Peradangan ini dapat berlanjut dengan komplikasi stenosis preputium dan kontraksi frenulum atau penyempitan meatus urinarius eksternus.
2) Remaja putri
a). Mencegah anemia
b). Memonitor tekanan darah
                        Tekanan darah adalah kekuatan yang dikeluarkan oleh darah pada dinding pembuluh darah. Untuk mempersiapkan fungsi reproduksi yang sehat, remaja putri perlu memonitor keadaan tekanan darahnya. Bila tekanan darah mengalami peningkatan, segera konsultasikan dengan dokter agar mendapat pengobatan. Tekanan darah yang tinggi saat bereproduksi akan memudahkan terjadinya kondisi kegawatdaruratan obsetri, yaitu preeklamsi berat dan eklamsi.

c). Meningkatkan imunitas terhadap tetanus toksoid
                        Remaja putri perlu meningkatkan imunitas terhadap tetanus toksoid melalui imunisasi TT. Remaja putri yang telah mendapat imunisasi TT, didalam tubuhnya akan terbentuk zat anti terhadap tetanus toksoid sehingga bila suatu saat nanti remaja hamil, maka secara pasif alamiah janin dalam kandungannya juga akan mempunyai zat anti ini. Jadi, bila bayi lahir dan terpapar spora dari Clostridium tetanii, maka bayi tidak akan menderita tetanus neonatorum atau bila menderita sakit tidak akan terjadi komplikasi atau fatalitas.
d). Tidak melakukan hubungan seksual pranikah
                        Hubungan seks adalah perilaku yang dilakukan sepanjang individu karena adanya dorongan seksual dalam bentuk penetrasi penis kedalam vagina. perilaku ini disebut juga koitus, tetapi ada juga penetrasi ke mulut (oral) atau ke anus (anal). Koitus secara moralitas hanya dilakukan oleh sepasang individu yang telah menikah. Hubungan seks pranikah sangat merugikan remaja.
                        Kerugian remaja bila remaja melakukan hubungan seksual pranikah adalah sebagai berikut.
1).      Risiko menderita penyakit menular seksual
2).      Remaja putri beresiko mengalami kehamilan tidak diinginkan
3).      Trauma kejiwaan (depresi, rasa rendah diri dan rasa berdosa)
4).      Remaja putri yang hamil beresiko kehilangan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan

D. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan Reproduksi
1. Usia Remaja
                                Usia adalah lama waktu hidup (sejak dilahirkan sampai dinyatakan ulang tahun terakhir). Batasan usia remaja adalah 12 sampai 24 tahun.
                        Singgih (1998), mengemukakan bahwa makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Selain itu Abu Ahmadi (2001), juga mengemukakan bahwa memang daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dengan bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang. (Hendra, 2008)
2. Jenis Kelamin
                                                Jenis kelamin adalah ciri biologis-anatomis tubuh  yang menentukan seseorang termasuk laki-laki atau perempuan.
                        Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. Pada masa remaja timbul minat kepada lawan jenis dan secara biologis alat kelaminnya telah produktif. Remaja menganggap dirinya sudah dewasa dan ia perlu kebebasan yang lebih. (Winaryati, 2010: 2)
            Berdasarkan penelitian yang dilakukan Iswarati (2008), remaja laki-laki cenderung 2 kali lebih besar untuk bersikap setuju jika remaja melakukan hubungan seksual pra nikah dibanding remaja perempuan. Elfa Zulmaini menyatakan pengetahuan remaja laki-laki usia 15-24 tahun tentang kesehatan hubungan seks hanya 41,6 persen, sedangkan remaja perempuan sekitar 43,1 persen.
                        Bahkan pada remaja putri di pedesaan, haid pertama biasanya akan segera diikuti dengan perkawinan yang menempatkan mereka pada risiko kehamilan dan persalinan dini. (Hanum, 1997)
3. Sumber informasi
                        Abad ini adalah abad informasi yang ditandai oleh kemajuan yang pesat dibidang teknologi informasi. Selain membawa kegembiraan yang menyenangkan dan wawasan yang lebih luas, kemajuan teknologi juga membawa kesedihan. Betapa tidak, karena hubungan antar manusia bergeser menjadi hubungan antarmesin. Hubungan antarkeluarga menjadi semakin minim. Komunikasi dalam keluarga yang bisa saling menumbuhkan pengertian, kasih sayang dan kerja sama menjadi surut. (Tarwoto, dkk, 2010: 79)
                        Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi dengan begitu diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses reproduksi. (Adjie, 2009: 3)
                        Berikut ini adalah sumber informasi yang dapat digunakan untuk memperoleh pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.
a. Media cetak
        Menurut Oka Antara Data, arus informasi melalui media masa baik berupa majalah, surat kabar dan tabloid mempercepat terjadinya perubahan. Remaja merupakan salah satu kelompok penduduk yang mudah terpengaruh oleh arus informasi baik yang negatif maupun yang positif.
b. Media elektronik
        Media elektronik meliputi televise, radio dan internet serta HP. Berdasarkan riset yang dilakukan CyberPyschology and Bahaviour,mengemukakan bahwa para remaja yang sering mengakses konten porno lebih cepat kehilangan keperawanan atau keperjakaannya daripada mereka yang tidak terekspos konten tersebut.


c. Orang tua
        Orang tua memiliki peranan yang sangat penting dan harus dapat menjadi panutan bagi anak remajanya. Orang tua adalah pendidik yang pertama dan utama sehingga penting bagi orang tua untuk dapat memberikan informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi. Cara penyampaian yang bijak dan tidak menakut-nakuti akan membuat remaja merasa nyaman untuk berdiskusi tentang masalah kesehatan reproduksi dengan orang tua. (Wulandari, 2000)
        Kadangkala pencetus perilaku atau kebiasaan tidak sehat pada remaja justru adalah akibat ketidak-harmonisan hubungan ayah-ibu, sikap orangtua yang menabukan pertanyaan anak/remaja tentang fungsi/proses reproduksi dan penyebab rangsangan seksualitas (libido), serta frekuensi tindak kekerasan anak (child physical abuse). Mereka cenderung merasa risih dan tidak mampu untuk memberikan informasi yang memadai mengenai alat reproduksi dan proses reproduksi tersebut. Karenanya, mudah timbul rasa takut di kalangan orangtua, bahwa pendidikan yang menyentuh isu perkembangan organ reproduksi dan fungsinya justru malah mendorong remaja untuk melakukan hubungan seks pranikah. (Iskandar, 1997)
d. Teman Sebaya
        Remaja lebih banyak berada diluar rumah bersama dengan teman sebayanya. Jadi, dapat dimengerti bahwa sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku teman sebaya lebih besar pengaruhnya daripada keluarga. (Tarwoto, 2010: 78)
        Sejalan dengan Tarwoto, Muzayyanah (2010) mengemukakan bahwa remaja mudah dipengaruhi teman dan mengutamakan solidaritas kelompok. Selain itu, teman-teman sebaya sering kali menjadi tempat untuk mencurahkan isi hati remaja, begitu juga dengan masalah kesehatan reproduksi.
e. Pendidik/guru
        Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang berhubungan. Selain orang tua. pendidik juga mempunyai peran penting dalam memberikan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi karena sebagian besar waktu remaja dihabiskan disekolah maupun instansi pendidikan lainnya sehingga pendidik diharapkan dapat memberikan penjelasan tentang  reproduksi sehat secara benar pada anak didiknya. (Wulandari, 2000)
4. Tempat tinggal
                        Tempat tinggal merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan pengetahuan seseorang. Tempat tinggal remaja memberikan pengaruh pertama, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk. Tempat tinggal berpengaruh pada cara berfikir remaja. (Nasution : 1999).
                        Remaja yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap dan tidak mendapatkan perlindungan dan kasih sayang orang tua, memiliki lebih banyak lagi faktor-faktor yang berkontribusi, seperti: rasa kekuatiran dan ketakutan yang terus menerus, paparan ancaman sesama remaja jalanan, pemerasan, penganiayaan serta tindak kekerasan lainnya, pelecehan seksual dan perkosaan (Kipke et al., 1997:360-367). Para remaja ini berisiko terpapar pengaruh lingkungan yang tidak sehat, termasuk penyalahgunaan obat, minuman berakohol, tindakan kriminalitas serta prostitusi (Iskandar, 1997).
                        Barudin (2007) mengatakan peran orang tua sangat penting untuk membina dan mengawasi anak-anak mereka yang masih berusia remaja. Dengan remaja tinggal bersama orang tua, sedikit banyaknya remaja akan mendapat informasi tentang kesehatan reproduksi dari orang tua dan mendapat pengawasan yang ekstra ketat sehingga diharapkan tidak ada remaja yang berhubungan seks diluar nikah.
5. Intelegensi
                        Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru.
Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar. Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu modal untuk berfikir dan mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga ia mampu menguasai lingkungan (Khayan, 1997 : 34). Dengan demikian, perbedaan intelegensi dari seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi. (Lukman dalam Hendra, 2008)
6. Sosial budaya
                        Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang. Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubunganya dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan. Sebaliknya jika budaya yang mentabukan informasi tentang kesehatan reproduksi tetap dipelihara maka pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi kurang sehingga remaja akan mencari sendiri informasi yang dibutuhkan pada sumber yang belum tentu benar.
7. Pendidikan
                        Menurut Notoadmojo (1997) pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Menurut Wied Hary A.(1996), menyebutkan bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan kesehatan reproduksi yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pula pengetahuanya.
8. Pengalaman
                        Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu. (Notoadmojo 1997 : 13)