Cekers Unyu-Unyu bukanlah sejenis kaki-kaki ayam yang lucu dan imut (Ceker= kaki ayam di tambahin ‘s’ jadi kaki-kaki ayam, Unyu = Lucu). Jangan berpikir buku ini membahas tentang bagaimana caranya membuat semangkuk soto ceker yang enak atau cara budidaya ayam. Percaya deh kamu ngga bakal nemuin sesuatu yang berbau ceker ayam di buku ini.
CeKers Unyu-unyu adalah novel baru yang di tulis sama Bunda Erin, pemilik sekaligus pengajar di komunitas menulis Cokelat Kopi Writing Community.
Buku dengan sampul warna pink dengan gambar cangkir pink pula dan kue macarons warna-warni yang bikin ngiler ini berkisah tentang kehidupan para anggota komunitas menulis yang sedang belajar menulis. Yaiyalah masa belajar masak di komunitas menulis. Hihi..
Benar, walaupun cerita didalamnya fiktif, membaca buku ini saya merasa begitu dekat dengan keluarga CK Community, mungkin karena setiap tokoh yang dihadirkan benar-benar ada didalam kehidupan nyata. Saya sendiri paling suka sama tokoh Ayka. Dia tokoh yang paling sering jatuh cinta sekaligus putus cinta. Lucu kan? Jatuh cinta terus patah hati, terus jatuh cinta lagi. Galaunya engga pake lama. Hihi..
Terus lima unyu lainnya?
Nah, ada Hilal Ahmad penganut Padeglang Style sekaligus orang kepercayaan Ayah Hand, Wiwi yang pengen banget jadi artis, Nata yang lemotnya parah, Niko yang terlalu menjiwai dunia filosofi, Andhika yang ngga boleh jadi penulis sama emaknya tapi bersikeras ingin jadi penulis.
Terus siapa tiga biangnya Unyu?
Bunda Erin pastinya, tempat curhatnya anak-anak CeKers ini, tokoh yang cerewet sekaligus prefeksionis namun selalu menebarkan semangat dan aura positifnya. Abah Yoyok, Kalau denger namanya pertama yang keinget langsung sama pantun kocaknya abah dan gombal gambulnya. Ayah Hand yang baik hati dan bijak.
Bagi kalian yang gabung dengan grup CK Writing di fb tentu tidak akan asing dengan nama-nama tokoh diatas. Tapi kalau belum ya monggo kenalan dulu..
CeKers Unyu-Unyu adalah novel yang memotivasi untuk tetap menulis. Di akhir setiap bab dari novel ini akan ditutup oleh pembelajaran yang disebut kelas. Kalau di bab pertama yang berarti pembelajarannya namanya kelas pertama, karena ada sepuluh bab maka ada sepuluh kelas pembelajaran. Mantep kan? Kapan lagi baca novel yang sekalian dapet pesannya tanpa kamu lebih dulu berpusing ria nyari sendiri maksudnya? hihi..
Nih yang paling aku suka pembelajaran yang bagian memberikan kritik. Kata Ayah Hand kalau mau mengkritik ya harus dengan kalimat yang baik sekaligus memberikan solusi. Kebanyakan dari kita kan suka mengkritik tapi jarang sekalian ngasih solusi. Kalau mengkritik harus hati-hati karena kadang meskipun kita udah coba milih kata-kata yang baik tetep aja penerimaan orang yang di kritik ngga selalu baik, mungkin karena itu juga makanya seanjutnya bunda bikin kelas pembelajaran bagaimana menerima kritik. Emang sih ada yang bilang kalau mengatakan selalu lebih mudah dari melakukan. Tapi ngga ada salahnya dicoba.
Tidak hanya Bunda Erin saja yang selalu menebarkan semangat menulisnya, ada Ayah Hand dan Abah yoyok serta teman-teman di CK Community. mereka yang peduli pada proses penciptakan tulisan-tulisan menjadikan saya sadar, bahwa tidak hanya saya yang mencintai dunia kata.
Buku ini pas banget buat remaja yang unyu, orang dewasa yang masih unyu atau mereka yang memaksakan diri jadi unyu. Salam unyu-unyu. Oiya bun..kapan-kapan kalau bikin novel lagi namaku masuk jadi tokoh pendukung ya. Hihi..
2 komentar:
Hahaha.... Asik banget baca review ini. Seru.
Sumpeh, kamu bisa jadi reviewer, lho, Say.
Aku sukaaaaaaaa....
Makasih banyaaakkkk.....
Iya kah bunda? aku suka nulis.. aku malah pernah ngirim cerpen ke story lho.. terimakasih bunda.. seneng banget kl bunda suka..
Post a Comment